Minggu, 02 Februari 2014

EKONOMI ISLAM Vs EKONOMI GLOBAL

PENGGUNAAN MATA UANG DINAR DAN DIRHAM
SEBAGAI SOLUSI ATAS KRISIS EKONOMI GLOBAL

[1]Harrys Pratama Teguh, S.HI

ABSTRAK



Salah satu sumber utama krisis moneter yang dialami oleh Indonesia adalah penggunaan mata uang kertas yang tidak ditopang oleh emas. Selama memakai mata uang kertas, maka nilai mata uang Indonesia dan negara-negara Islam lainnya dapat dengan mudah dimainkan oleh para spekulan valas. Dinar yang terbuat dari emas dan dirham dari perak adalah solusi dari masalah ketidakstabilan mata uang kertas yang bisa mengakibatkan krisis ekonomi dan kemelaratan.
Dinar dan dirham adalah salah satu alternatif mata uang yang tahan inflasi, tidak seperti mata uang kertas lainnya seperti rupiah. Dinar dapat digunakan sebagai alat tukar untuk melakukan transaksi bisnis, sebagai tabungan/investasi, pembayaran zakat, dan dapat digunakan sebagai mahar/mas kawin pada pernikahan. Pada awalnya, dinar merupakan mata uang Romawi sedangkan dirham merupakan mata uang Persia. Penggunaan dinar dan dirham diadaptasi oleh kaum muslim di zaman Rasulullah SAW. Kemudian, nilai dinar dan dirham ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab sehingga menjadi standar sampai saat ini.
Di era globalisasi, kembali ke dinar dan dirham tidaklah semudah membalik telapak tangan. Meskipun demikian bila pemerintah dan masyarakat memiliki niat yang lurus untuk mencari solusi dari problematika umat zaman ini dengan meneladani Uswatun Hasanah Rasulullah SAW, kemudian beristiqomah dijalan-Nya, insya Allah umat Islam akan kembali berjaya seperti yang pernah ditunjukkan selama empat belas abad lamanya, mulai dari zaman Rasulullah SAW sampai kejatuhan kekhilafahan Utsmaniah di Turki pada tahun 1924. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum dinar dan dirham menjadi mata uang yang diakui oleh dunia Internasional. Mekipun masih banyak pertanyaan yang meragukan tentang kefektifan penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar, tetapi Islam sebagai agama yang sempurna akan selalu siap menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan di akhir zaman.




Kata Kunci: krisis Ekonomi, dan kemelaratan.







USE OF CURRENCIES DINAR AND DIRHAM
AS A SOLUTION TO THE GLOBAL ECONOMIC CRISIS

[2] Harrys Pratama Teguh, S.HI

ABSTRACT

Name: Harrys Pratama Teguh, S.HI  NIP/NIK/NIDN :  (11030049)


One of the main sources of the financial crisis faced by Indonesia is the use of paper currency that is not supported by gold. During use of paper currency, then the value of the Indonesian currency and other Islamic countries can be easily played by foreign speculators. Made of gold dinar and silver dirham is the solution of the problem of paper currency instability that could lead to the economic crisis and destitution.
Dinar and dirham is one alternative currency inflation resistant, unlike other paper currencies such as dollars. Dinar can be used as a medium of exchange to transact business, as a savings / investment, payment of zakat, and can be used as a dowry / dowry in marriage. At first, the dinar was the Roman currency dirham is the currency while the Persians. The use of the dinar and dirham adapted by the Muslims in the time of Prophet Muhammad. Then, the value of the dinar and dirham set by Caliph Umar bin Khattab to be the standard to this day.
In the era of globalization, back to the dinar and dirham is not as easy as turning the palm of the hand. However, if the government and the people have straight intention to seek a solution of the problems of the people of this age to emulate Uswatun Hasanah Prophet, then beristiqomah street His, God willing, Islam will return victorious as ever demonstrated for fourteen centuries, ranging from the time of the Prophet Muhammad until the fall of the Caliphate Utsmaniah in Turkey in 1924. There are stages that must be passed before the dinars and dirhams a currency that is recognized by the international community. Mekipun still many questions that doubts about the effectiveness of the use of the dinar and dirham as a medium of exchange, but Islam as a perfect religion will always be ready to answer questions at the end of time.




Keywords: Economic crisis, and squalor.








A.      PENDAHULUAN
Dalam menyelesaikan setiap masalah Islam memiliki metode kehidupan yang khas untuk dapat diselesaikan termasuk masalah ekonomi yang akhir-akhir ini marak dibicarakan, dunia sedang mengalami keguncangan ekonomi dengan berbagai krisis melanda hampir di semua negara di dunia mulai dari negara kecil hingga negara adidaya, Amerika Serikat, pun terkena imbas akibat dari krisis ekonomi pun tak main-main.
Angka pengangguran, kemiskinan, gizi buruk, atau tunawisma pun meningkat tajam yang disertai dengan sikap para pemimpin dunia dari negara-negara maju mulai berkumpul untuk menyelesaikan persoalan ini, tetapi hasil yang diperoleh belum maksimal. Dalam pertemuan itu muncul pendapat bahwa penyebab krisis ekonomi yang terjadi salah satunya akibat diterapkannya sitem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi yang berasaskan kebebasan kepemilikan (freedom of  owner) telah menyebabkan kesenjangan sosial antara pemilik modal (capital) dengan pekerja.
Gambar 1.1
Mata uang dinar dan dirham






Setiap penyakit pasti ada obatnya, setiap masalah pasti ada solusinya dan Islam solusi dari setiap masalah yang ada, salah satu kesalahan fatal ekonomi kapitalis adalah pemakaian mata uang kertas sebagai alat tukar menukar (barter) tanpa menyandarkan pada emas, akibatnya terjadilah angka inflasi yang cukup besar di berbagai negara. Atas masalah ini Islam telah memiliki sebuah solusi yaitu digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar yang biasa dikenal dengan dinar dan dirham.
Berbagai ayat di Al-Qur’an dan hadist telah menjelaskan bahwa dinar dan dirham dapat digunakan sebagai standar alat tukar suatu Negara, dilihat dari perspektif historis mata uang Dinar dan Dirham telah membuktikan bahwa emas dan perak merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal dunia dengan berbagai metode yang diterapkan sebagai mata uang Islam bukan tanpa alasan.
Selain disandarkan pada hukum yang tertulis dalam Al-Qur'an, Islam juga mengatur beberapa peraturan hukumnya dengan kedua mata uang ini, misalnya mengenai zakat. Islam bahkan juga mengatur hukum tukar-menukar uang. Oleh karena itu sudah saatnya kita kembali kepada dinar dan dirham sebagai alat tukar.
Islam tidak hanya mengenal mata uang dinar emas dan dirham perak, dirham merupakan mata uang yang digunakan sejak awal Islam hingga berakhirnya Kekhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924. Penggunaan dirham sama seperti dinar, tapi memiliki nilai berbeda. Dirham digunakan sebagai alat transaksi perdagangan dan juga membayar zakat dan denda (diyat). Menurut Muhaimin Iqbal dalam artikelnya, paling tidak fungsi dinar emas ada 3 yaitu :
1.      Sebagi dua dari tiga fungsi uang yaitu sebagai proteksi nilai (store of value) dan timbangan muamalah yang adil (unit of account).
2.      Sebagai alat tukar (medium of exchange). dan
3.      Sebagai alat investasi.

Dari ketiga fungsi tersebut paling tidak pembaca mengetahui apa sebenarnya motivasi atau niat awal masyarat untuk memiliki dinar ? Mungkin kebanyakan dari para pemegang dinar lebih memiliki dinar untuk fungsi ketiga yaitu alat investasi, dinar menjadi salah satu alat investasi yang patut diperhitungkan mengingat nilainya yang terus terapresiasi terhadap dollar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. 
Bisa saja pembaca menggunakan perpaduan dari keseluruhan instrumen investasi tersebut jika memang memiliki kelebihan dana, namun jika diperbandingkan maka investasi dalam dinar merupakan yang paling menguntungkan dan mendapat nilai tambah secara Syari’ah.
Misalnya perbandingan antara asuransi, deposito, dan dinar seperti analisis yang dilakukan oleh M. Iqbal dalam Gerai Dinar. Taruhlah kita investasikan Rp 500.000 per-bulan, untuk masing-masing instrumen investasi tersebut selama 20 tahun. maka analisisnya sebagai berikut :
1)      Asuransi (unit-link)
Dengan hasil investasi 12% per tahun, maka setelah 20 tahun kita menaruh uang di asuransi tersebut, uang kita menjadi Rp 162 juta. Pada asuransi ini, uang kita ada yang “disedot” untuk biaya akuisisi, atau biaya administrasi yang lumayan besar dari premi yang kita bayarkan setiap bulannya. Namun, kelebihannya ada nilai proteksi yang diberikan dari asuransi ini.
2)      Deposito
Dengan hasil investasi 8% per tahun, maka setelah 20 tahun, uang kita akan menjadi Rp 224 juta. Lebih besar dari asuransi, karena di deposito tidak ada biaya akuisisi seperti di asuransi. Namun, deposito tidak memiliki nilai proteksi.
3)      Dinar
Dengan rata-rata apresiasi nilai emas per tahun dari statistik 40 tahun Kitco, yaitu 31% per tahun. Maka setelah 20 tahun, uang kita menjadi Rp 4,1 Milyar. Sangat jauh berbeda dengan dua instrumen sebelumnya.
Maka dengan ini sesuai latar belakang diatas ada beberapa permasalahan yang dinilai dapat dijadikan perumusan masalah guna menyelesaikan persoalan krisis ekonomi global yaitu sebagai berikut : 1). Apakah keutamaan penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar ? 2). Mengapa penggunaan dinar dan dirham dapat mengatasi krisis uang ? 3). Bagaimana penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar di era globalisasi ?
Dengan tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1). Mengetahui keutamaan penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar. 2). Mengetahui penggunaan dinar dan dirham dapat mengatasi krisis uang. 3). Mengetahui penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar di era globalisasi.

B.       TELAAH PUSTAKA
1.      Dinar dan Dirham
Dinar adalah mata uang berupa koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram, sedangkan Dirham adalah mata uang yang terbuat dari perak murni dengan berat 2,975 gram. Kedua uang tersebu adalah mata uang yang dipakai pada zaman Rasulullah SAW disamping sebagai alat tukar, Rasulullah SAW dan para sahabat menggunakan dinar dan dirham sebagai standar ukuran hukum-hukum syar’i seperti kadar zakat dan ukuran pencurian.
Pada masa kenabian uang dinar dan dirham digunakan sebagai alat transaksi perdagangan oleh masyarakat arab termasuk salah satunya masyarakat Quraish yang memiliki tradisi melakukan perjalanan dagang dua kali dalam setahun yaitu pada musim panas ke negeri Syam dan pada musim dingin ke negeri Yaman (Hasan, 2005). Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran :
É#»n=ƒ\} C·÷ƒtè% ÇÊÈ öNÎgÏÿ»s9¾Î) s's#ômÍ Ïä!$tGÏe±9$# É#ø¢Á9$#ur ÇËÈ (#rßç6÷èuù=sù ¡>u #x»yd ÏMøt7ø9$# ÇÌÈ
Artinya :
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.[3] Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah Ini (Ka'bah). (QS. Al-Quraisy Ayat 1-4)

Dalam Al-Qur’an secara eksplisit disebutkan emas (dinar) dan perak (dirham) sebagai mata uang, harta maupun lambang kekayaan yang dimiliki sebagaimana disebutkan dalam Q.S. At-Taubah ayat 34 yang menjelaskan orang yang menimbun emas dan perak, baik dalam bentuk mata uang maupun dalam bentuk kekayaan biasa dan mereka tidak mau mengeluarkan zakatnya akan diancam dengan azab yang pedih :
* $pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä ¨bÎ) #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Í$t6ômF{$# Èb$t7÷d9$#ur tbqè=ä.ù'us9 tAºuqøBr& Ĩ$¨Y9$# È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ šcrÝÁtƒur `tã È@Î6y «!$# 3 šúïÏ%©!$#ur šcrãÉ\õ3tƒ |=yd©%!$# spžÒÏÿø9$#ur Ÿwur $pktXqà)ÏÿZムÎû È@Î6y «!$# Nèd÷ŽÅe³t7sù A>#xyèÎ/ 5OŠÏ9r& ÇÌÍÈ
Artinya : 
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. (QS. At-Taubah Ayat 34)

Dinar dan dirham dibedakan menurut beratnya. Mata uang dinar mengandung emas 22 karat dan terdiri dari pecahan setengah dinar dan sepertiga dinar. Pecahan yang lebih kecil dapat diperoleh dengan memotong uang seperti yang dilakukan oleh Iman Ali ra ketika membeli daging dengan memotong 2 karat dari dinar (HR. Abu Daud). Dirham terdiri dari beberapa pecahan nash (20 dirham), nawat (5 dirham), dan sha’ira (1/60 dirham).

Tabel 2.1
Standar timbangan uang dinar
1 Dinar
=  1 Mitsqal
=  22 Qirath
1 Dirham
=  14/20 mitsqal = 7/10 Mitsqal
=  7/10 X 4,25 gram = 2,975 gram perak
1 Mitsqal
72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya
1 Mitsqal
6000 biji khardal barriy (sawi)
1 Mitsqal
=  4,25 gram

Ulama besar Imam Ghazali (1058-1111 M) dalam bukunya yang legendaris Ihya Ulumuddin mengungkapkan bahwa Allah menciptakan emas dan perak agar keduanya menjadi hakimyang adil dalam memberikan nilai harga, dengan emas dan perak manusia bisa memperoleh barang-barang yang dibutuhkan.
Menurut Imam Ghazali dengan emas dan perak dalam bukunya tersebut adalah dinar yaitu uang yang dibuat dari emas 22 karat dengan berat 4,25 gram, dan dirham yaitu uang yang dibuat dari perak murni seberat 2,975 gram. Standar berat mata uang dinar dan dirham ini ditentukan oleh Khalifah Umar Bin Khattab sekitar 400 tahun sebelum Imam Ghazali menulis buku tersebut.

2.      Sejarah Emas dan Perak sebagai Mata Uang
Sejarah telah membuktikan bahwa emas dan perak merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal dunia, zaman peradaban Islam di era keemasan selama berabad-abad menjelma menjadi salah satu kekuatan perekonomian dunia. Tak heran jika pada masa itu kekhalifahan Islam sudah memiliki mata uang sendiri bernama dirham (koin perak) dan dinar (koin emas) dengan menggunakan kedua mata uang tersebut perekonomian di dunia Islam tumbuh dengan begitu pesat.
Sejarah penggunaan perak dan emas sebagai alat pertukaran, para peneliti sejarah dirham menemukan fakta bahwa perak sebagai alat tukar sudah digunakan pada zaman Nabi Yusuf AS. Hal ini diungkapkan dalam Alquran :
çn÷ruŽŸ°ur ¤ÆyJsVÎ/ <§øƒr2 zNÏdºuyŠ ;oyŠrß÷ètB (#qçR%Ÿ2ur ÏmŠÏù z`ÏB šúïÏÏdº¨9$# ÇËÉÈ
Artinya :
Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. (QS. Yusuf Ayat 20)
Sejarah mencatat masyarakat muslim sendiri mengadopsi penggunaan dinar dan dirham dari peradaban Persia yang saat itu dipimpin oleh Raja Sasan bernama Yezdigird III, Bangsa Persia menyebut mata uang koin perak itu dengan sebutan drachm.
Umat Islam mulai memiliki dinar dan dirham sebagai alat transaksi dimulai pada era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ra. Meski Rasululah SAW sudah memprediksikan bahwa manusia akan terlena dan tergila-gila dengan uang. Dalam salah satu hadits Abu Bakar ibnu Abi Maryam meriwayatkan bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda yang :
Artinya :
“Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak ada apapun yang berguna selain dinar dan dirham.” (Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal)

Pertama kali umat Islam menggunakan dirham pada tahun 642 M atau satu dasawarsa setelah Rasulullah SAW wafat, Khalifah Umar bin Khattab memutuskan untuk menggantikan drachma dengan dirham sedangkan koin dirham pertama kali dicetak umat Islam dicetak pada tahun 651 M pada era kepemimpinan Utsman bin Affan.
Dirham pada saat itu mencantumkan tulisan basmalah dalam berbentuk ceper serta tipis dengan diameternya mencapai 29 mm dan beratnya antara 2,9-3,0 gram. Dari sisi berat dirham lebih ringan dari drachm yang mencapai 4 gram. Sejak itulah tulisan bismilahmenjadi salah satu ciri khas koin yang dicetak oleh peradaban Islam.
Selain itu koin dinar dan dirham yang dicetak umat Islam pada masa keemasan mencantumkan nama penguasa atau amir atau khalifah, fakta sejarah menunjukan bahwa kebanyakan kepingan dinar dan dirham yang dicetak pada masa Khulafaur Rasyidin mencantumkan tahun Hijriyah sebagai penanda waktu koin dinar atau durham itu dicetak.
Pemerintahan muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab pun telah menetapkan standar koin dinar dan dirham. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan, berat tujuh dinar setara dengan sepuluh dirham. Khalifah Umar bin Khattab pun telah menetapkan standar dinar emas yakni memakai emas dengan kadar 22 karat dengan berat 4,25 gram.
Pada dirham perak yang digunakan haruslah menggunakan perak murni dengan berat 3,0 gram. Keputusan itu telah menjadi ijma ulama pada awal Islam dan pada masa para sahabat dan tabi’in sehingga menurut Syari’ah, sepuluh dirham setara dengan tujuh dinar emas.
Hasil ijma itu menjadi pegangan, sehingga nilai perbandingan dinar dan dirham bisa tetap sesuai, namun pada tahun 64 H (684 M), untuk pertama kalinya nilai dirham berkurang. Hal ini terjadi akibat keputusan ‘Ubaid Alih ibn Ziyad untuk mencampurkan logam lain pada dirham. Sepuluh tahun kemudian, di era kepemimpinan Khalifah Abdalmalik, mulai dicetak koin emas berbobot 4,4 gram dengan mencantumkan tulisan dinar.
Tiga tahun kemudian, kekhalifahan Islam di bawah kepemimpinan Abdalmalik kembali mencetak cetak lagi dinar yang bobotnya berubah menjadi 4,25 gram, mengikuti standar yang diterapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Pada tahun 75 H (695 M), Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj untuk mencetak dirham dan menggunakan standar yang ditetapkan di era Umar bin Khattab.
Koin perak bertulisan dirham itu berbobot 2,975 gram dan berdiameter 25-28 mm yang dicetak pada saat itu bertuliskan kalimat tauhid yakni Allahu ahad, Allahu samad, sejak saat itu dilakukan penghentian penggunaan gambar wujud manusia dan binatang dari mata uang peradaban Islam sebagai gantinya digunakan huruf-huruf. Dinar dan dirham lazimnya berbentuk bundar.
Selain itu tulisan yang tercetak pada dua sisi koin emas dan perak itu memiliki tata letak yang melingkar, pada satu sisi mata koin tercantum kalimat tahlil dan tahmid yaitu La ilaha ill’Allah dan Alhamdulillah, sedangkan di sisi mata koin sebelahnya tertera nama penguasa (amir) dan tanggal pencetakan.
Selain itu terdapat suatu kelaziman untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah SAW dan ayat-ayat Al-Qur’an dalam koin dinar dan dirham tersebut, mata uang dinar dan dirham pun menjadi mata uang resmi dinasti maupun kerajaan Islam yang tersebar di berbagai penjuru. Penggunaan dinar dan dirham perlahan mulai menghilang setelah jatuhnya masa kejayaan kekhalifahan Islam. Ketika dunia dilanda era kolonialisme Barat, mulailah diterapkan penggunaan uang kertas.
           







3.      Ekonomi Kapitalis dan Sejarah Uang Kertas          
Kapitalisme merupakan istilah yang dipakai untuk menamai sistem ekonomi yang mendominasi dunia Barat sejak runtuhnya feodalisme pada abad ke-16, Milton H. Spencer dalam bukunya Contemporary Macro Economics (1977) mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah organisasi ekonomi yang dicirikan oleh kepemilikan individu atas alat-alat produksi dan distribusi serta pemanfaatan kepemilikan individu itu untuk memperoleh laba dalam kondisi-kondisi yang sangat kompetitif.
Tidak dapat dipungkiri kapitalisme sebagai sistem ekonomi kini tengah berjaya di tingkat global terutama setelah momentum hancurnya sosialisme pada awal tahun 1990. Hampir seluruh negara di dunia menerapkan kapitalisme dengan berbagai variasinya.
Robert Gilpin dan Jean Millis Gilpin dalam bukunya The Chalenge of Global Capitalism (2000) memuji kapitalisme sebagai sistem ekonomi pencipta kesejahteraan paling berhasil yang pernah dikenal di dunia. Namun para pemuja fanatik kapitalisme itu lupa untuk menyoal, siapa yang menikmati kesejahteraan.
Penikmat kesejahteraan sebagian besarnya hanyalah negara-negara penjajah kaya, kapitalisme justru gagal total dalam mendistribusikan pendapatan global. Pada tahun 1960 20% penduduk dunia terkaya menikmati 75% pendapatan dunia sedangkan 20% penduduk termiskin hanya menerima 2,3% pendapatan dunia.
Pada tahun 1997 ketimpangan global itu bukan makin berkurang tetapi semakin parah, sebanyak 20% penduduk terkaya itu menikmati pendapatan global makin banyak yakni 80%. Sebaliknya 20% penduduk termiskin menerima pendapatan global makin sedikit yakni menjadi 1% saja (Spilanne, 2003).
Tak hanya gagal dalam distribusi, kapitalisme saat ini tengah meluncur menuju jurang kehancuran yang disertai tanda-tanda kerapuhan kapitalisme makin terlihat, Harry Shutt dalam bukunya Runtuhnya Kapitalisme (2005), menyebutkan bahwa kapitalisme kini sedang mengalami gejala-gejala utama kegagalan secara  sistemik seperti semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan semakin seringnya krisis keuangan.
Kesalahan tersebut bagaikan cacat bawaan yang melekat pada kapitalisme sejak kelahirannya, cacat demikian fatalnya sehingga yang diperlukan bukan lagi koreksi berupa pembaruan atau perbaikan pada lapisan kulitnya saja, namun perombakan total untuk membentuk sistem yang sama sekali baru (Jerry Mander dkk, 2004).  
Salah satu faktor yang paling mendasar yang mempengaruhi kerapuhan kapitalisme adalah diterapkannya kebijakan ekonomi berbasis uang kertas (fiat money). Persoalan ekonomi akibat tidak stabilnya nilai tukar yang bergerak fluktuatif telah berlangsung sejak sistem moneter yang diterapkan di dunia ini adalah flat currency dimana mata uang kertas yang tidak ditopang emas dijadikan sebagai alat tukarnya.
Pada era sebelumnya hingga hancurnya Bretton Woods Agreement peredaran mata uang masih dikaitkan dengan emas, pada perjanjian tersebut ditetapkan bahwa mata uang suatu negara harus ditopang oleh cadangan dolar, sementara dollar sendiri yang diedarkan oleh Amerika Serikat juga ditopang oleh emas, dengan demikian pertumbuhan asupan dollar akan ditentukan seberapa besar cadangan emas Amerika Serikat.
Namun sistem tersebut dibubarkan oleh Amerika Serikat, pasalnya Amerika Serikat terus mencetak dollar untuk meningkatkan belanja fiskalnya karena harus membiayai perang Vietnam. Defisit anggarannya makin membesar sementara rasio antara asupan dollar dan cadangan emasnya terus merosot, serta stok emas Amerika Serikat merosot dari 20 miliar dollar menjadi hanya 9 miliar dollar Amerika Serikat kemudian mengalami defisit cadangan emas.
Negara-negara lain khususnya negara-negara Eropa Barat dan Jepang sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut diwajibkan menjaga cadangan dollarnya dan menggunakannya sebagai dasar untuk meningkatkan asupan mata uang dan kredit di dalam negeri. Padahal semakin hari nilai dollar terus merosot (undervalue) sementara nilai mata uang mereka terus menguat (overvalue).
Keadaan ini dinilai merugikan umat Islam, sebab nilai ekspor mereka menjadi lebih mahal sehingga pertumbuhan ekonomi merosot akibat beban tersebut negara-negara Eropa kemudian menukarkan cadangan dollar mereka dengan emas. Amerika Serikat kemudian tidak berdaya mempertahankan paritas nilai dollar pada emas sebesar 35 dollar per ons emas.
Awal tahun 1971 kewajiban dollar telah mencapai lebih dari 70 miliar dollar sementara cadangan emasnya hanya 12 miliar dollar (Hammes and Wills, 2005). Puncaknya pada tanggal 15 Agustus 1971 secara unilateral dan tanpa berkonsultasi dengan negara-negara aliansi dan IMF, Amerika Serikat menghentikan berlakunya Bretton Woods Agreement yang telah digagas sejak tahun 1942.
Sejak saat itulah emas tidak lagi menjadi penopang mata uang dunia. Era tersebut selanjutkan dikenal dengan era mata uang kertas (flat money) dimana dollar sebagai panglimanya.
Menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhany, secara politis langkah yang dilakukan oleh Amerika Serikat untuk menghentikan pengkaitan dollar dengan emas adalah didorong oleh keinginan Amerika Serikat untuk memposisikan dollar sebagai standar moneter internasional hingga menguasai pasar moneter internasional hingga akhirnya dianggap tidak lagi dapat dipergunakan di dunia.
Standar moneter Bretton Woods kemudian hancur dan kurs pertukaran mata uang terus berfluktuasi. Dari sinilah muncul berbagai kesukaran dalam mobilitas barang, uang dan orang (An-Nabhany, 1999) menjadi tidak stabil mulai dari mMata uang AS dan seluruh dunia terus bergolak, fluktuasi tingkat nilai tukar menjadi sulit untuk diprediksi bahkan kadangkala bergerak secara ekstrim. Belum lagi inflasi terus membumbung akibat percetakan mata uang kian tak terkendali, suatu keadaan yang sangat meresahkan para pelaku ekonomi. Inilah diantara konsekuensi yang ditimbulkan oleh mata uang kertas.

C.      METODE PENELITIAN
Penulisan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada masa sekarang, dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, dan analisa atau pengolahan data, membuat kesimpulan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang sesuatu keadaan dengan cara obyektif serta situasi yang mempunyai manfaat terutama dalam rangka mengadakan berbagai perbaikan.
Sumber data yang kami peroleh pada tulisan ini adalah hasil observasi lapangan yang dibuktikan dengan surat tugas penelitian dan dokumen yang tidap lepas dengan judul penelitian yang dihimpun dari beberapa perpustakaan yang ada di provinsi banten yang  disertai dengan interview bersama pakar Ekonomi Global. Selain dari pada itu penulis juga mengambil data dari media internet, namun dalam etika penulisan tetap mencantumkan footnoot pada setiap tulisan yang dihimpun dari berbagai buku referensi.





D.      PEMBAHASAN
1.      Krisis Ekonomi            
Menurut Ismail Yusanto (2009) krisis global ini sesungguhnya berpangkal pada kebatilan dan kerusakan kapitalisme, baik ideologinya yang memisahkan agama (Islam) dari kehidupan maupun dalam sistem ekonominya. Berikut beberapa kerusakan digunakannya sistem ekonomi kapitalisme :
1.      Adanya persepsi bahwa masalah ekonomi adalah kelangkaan barang dan jasa, bukannya distribusi yang adil terhadap kekayaan itu.
2.      Diterapkannya sistem ekonomi berbasis ribawi.
3.      Penggunaan uang kertas sebagai alat penukar, tidak menggunakan emas dan perak.
4.      Rusaknya bursa efek dan pasar uang yang berlangsung saat ini.
5.      Batilnya obligasi dan saham dalam berbagai jenisnya.
6.      Tidak adanya batasan yang benar dalam kepemilikan padahal sebenarnya ada tiga macam kepemilikan yaitu kepemilikan individu, negara, dan umum.
Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 setidaknya menjadi dasar untuk memikirkan kembali keberadaan uang fiat yang selama ini digunakan secara luas oleh berbagai negara, sejumlah pemikiran menyatakan bahwa keberadaan uang kertas merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi.
Terjadinya krisis di Amerika dan dibatalkannya perjanjian  Bretton Wood  pada tahun 1971 oleh Presiden Nixon merupakan awal tidak disokongnya dollar oleh emas, serta sejak saat itu pula tidak satu pun negara di dunia menyokong mata uangnya dengan emas sehingga mata uang yang berlaku bersifat fiat atau dekrit dan ini disebut dengan istilah managed money standard.
Sejak  berlakunya sistem managed money standard ini, ada dua fenomena yang terjadi. Pertama, tingkat inflasi yang tinggi dan kedua, nilai tukar yang tidak stabil. Gugurnya Sistem Bretton Woods pada tahun 1972-1973, telah membuka peluang perdagangan valuta asing, dan kegiatan tersebut telah berkembang secara spektakuler. Volume yang diperdagangkan di pasar dunia meningkat dari 5 miliar USD perhari di tahun 1973 menjadi melebihi 900 miliar USD ditahun 1992, kebanyakan transaksi bersifat spekulatif dan kurang dari 2% yang dipergunakan sebagai pembayaran perdagangan.





2.      Kelemahan Mata Uang Kertas          
Kemunculan uang kertas adalah sebagai representasi dari komoditas khususnya emas, hal ini dilakukan akibat sulitnya melakukan transaksi dengan membawa emas terutama pada barang-barang yang bernilai tinggi. Orang akan menerima uang representasi tersebut sebab ada jaminan dari pihak yang mengeluarkan kertas tersebut dalam hal ini pemerintah bahwa kertas tersebut dapat ditukar emas senilai dengan yang dinyatakan dalam kertas tersebut.
Pemegangnya dapat menukar uang tersebut kapanpun dan berapapun ia mau. Namun perlahan-lahan negara justru mengeluarkan uang kertas jauh lebih banyak dari emas yang mereka miliki. Akibatnya kertas-kertas tersebut tak lagi cukup untuk dikonversi dengan emas. Akhirnya masyarakat dipaksa untuk menggunakan kertas tersebut sebagai alat transaksi. Dalam sejarah moneter dunia dijumpai bahwa penggunaan mata uang kertas yang tidak ditopang oleh komoditas seperti emas menyebabkan sejumlah masalah yang sangat serius dalam perekonomian. Diantara masalah tersebut adalah :
1)      Mata Uang Kertas Menyebabkan Inflasi yang Tinggi
Inflasi terjadi karena jumlah uang kertas yang beredar tidak sebanding dengan jumlah emas yang ada. Akibatnya nilai mata uang semakin lama semakin merosot. Alasannya hingga saat ini Bank Sentral Amerika Serikat terus meningkatkan pertumbuhan persediaan dollar dengan membanjirnya uang kertas dan kredit, maka harga barang dan jasa (inflasi) akan semakin tinggi dan sangat mungkin suatu saat berubah menjadi hyperinflasi.
2)      Legitimasi Mata Uang Kertas Sangat Rapuh
Mata uang kertas tidak disandarkan pada suatu komoditas yang bernilai seperti emas dan perak melainkan uang kertas hanya ditopang oleh undang-undang suatu negara sehingga ketika negara tidak stabil rakyat akan beralih pada mata uang atau komoditas yang lebih kuat/stabil.
3)      Sumber Penindasan Terhadap Rakyat
Murahnya biaya produksi membuat pemerintah mudah mencetak mata uang kertas atas dipaksakan sebagai alat tukar untuk membeli hasil produksi rakyat dengan kata lain mata uang kertas telah menjadi alat pemerasan negara terhadap rakyat, akhirnya rakyat kemudian menjadi korban dengan inflasi yang tinggi.







4)      Ketidakadilan dalam Kegiatan Ekonomi
Amerika Serikat memiliki mata uang dollar yang telah menjadi cadangan mata uang internasional yang paling dominan, Dollar memiliki daya beli yang kuat di luar Amerika Serikat sehingga dengan leluasa mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk terus mencetak dollar (Ahamed Kameel Mydin Meera, 2004). Akibatnya dengan kemampuan mencetak dollar pemerintah Amerika Serikat dapat membeli barang-barang dari seluruh dunia.
Salah satu contoh yang paling nyata adalah pembelian minyak oleh Amerika Serikat sebesar 12 juta barrel per hari untuk menutupi defisit produksinya. Sebagian besar minyak tersebut dibeli dari Arab Saudi dengan hanya mencetak dollar baru yang kemudian ditransfer ke rekening pemilik perusahaan minyak Arab Saudi. Meski Arab Saudi dapat membeli barang lain dengan lembaran-lembaran dollar tersebut namun pada faktanya tetap saja biaya yang dikeluarkan untuk melakukan investasi dan penambangan minyak jauh lebih besar bila dibandingkan dengan biaya pembuatan dollar.
5)      Mata Uang Kertas Mampu Mendorong Gelembung Ekonomi
Gelembung ekonomi yang terjadi dapat mengakibatkan ledakan ekonomi, di pasar-pasar uang terdapat gelembung-gelembung dollar Amerika Serikat yang berjumlah 80 triliun dollar pertahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi nilai perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dollar pertahun. Artinya gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan sebanyak 20 kali lipat dari biasanya. Gelembung semakin lama semakin membesar dan secara pasti gelembung tersebut suatu saat akan meledak yang menyebabkan keruntuhan ekonomi global yang jauh lebih buruk dari depresi ekonomi tahun 1929.
6)      Uang Kertas sebagai Sarana Spekulasi yang Ganas
Uang tidak lagi difungsikan semata untuk menjadi alat tukar, alat untuk menyimpan dan menghitung kekayaan riil, namun justru lebih banyak digunakan untuk kegiatan spekulasi. Para spekulan memanfaatkan pergerakan (fluktuasi) nilai tukar satu mata uang terhadap mata uang lainnya untuk mencari keuntungan. Adanya peluang spekulasi di pasar uang plus pasar modal, justu membuat uang yang diperoleh dari sektor riil mengalir deras ke sektor non riil.
Sekumpulan Dana tersebut tentu akan sangat berguna bagi jutaan manusia jika diinvestasikan pada sektor riil yang produktif seperti pembangunan infrastruktur, bantuan kemanusiaan kepada orang-orang miskin yang jumlah jutaan di negeri-negeri Islam.

3.      Dinar dan Dirham Mengatasi Krisis Ekonomi Global        
1.        Keunggulan Mata Uang Emas dan Perak
Sepanjang sejarah manusia berbagai macam alat tukar telah digunakan, mulai dari yang paling sederhana seperti bahan makanan, kulit binatang, tembakau, logam kertas hingga manusia. Dari sekian banyak bentuk uang tersebut, emaslah yang paling banyak diminati. Hal ini karena dari sisi fisik emas memiliki keunggulan dari jenis mata lainnya, antara lain :
a)      Tahan Lama
Emas tidak dapat beroksidasi dengan mudah sehingga ia anti karat tetap stabil dan tahan dalam jangka waktu yang sangat panjang meski emas tenggelam ke dalam lautan bergaram, namun ia tetap dalam bentuk aslinya dan tidak mengalami perubahan (Ahamed Kameel Mydin Meera, 2004).
b)     Fleksibel
Emas merupakan logam yang dapat dibagi-bagi (diversibility) dalam ukuran kecil dan dapat dilebur kembali seperti semula dengan sifat tersebut ia dapat menjadi alat tukar yang dapat diubah menjadi sesuatu yang berguna kapan saja dengan tetap menjaga nilainya. Ia bisa menjadi perhiasan atau perkakas pada suatu hari dan dijadikan uang hari berikutnya (Glyn Davies, 2006).
c)      Bernilai Tinggi (Luxury Good)
Komoditas tersebut memiliki nilai unit yang tinggi meski ukurannya kecil, oleh karena itu seseorang hanya membutuhkan sedikit emas untuk melakukan transaksi barang dan jasa dalam ukuran besar.
d)     Universal
Emas termasuk komoditas yang dapat diterima secara luas (universally) oleh masyarakat dunia sebagai benda bernilai tinggi dan dijadikan sebagai alat tukar, bandingkan misalnya dengan dollar meski telah menjadi mata uang internasional, namun tetap saja ia kalah pamor dengan emas. Tidak semua orang di dunia ini mau menerima dolar sebagai alat transaksi apalagi ketika perekonomian Amerika Serikat mengalami ketidakstabilan.
e)      Langka
Emas tidak dapat diperoleh dengan mudah, hal ini berbeda dengan uang kertas yang dengan mudah dapat diciptakan melalui mesin cetak, apalagi dengan kecanggihan teknologi percetakan yang terus berkembang membuat uang kertas begitu mudah untuk ditiru (Ahamed Kameel, 2004).

Dengan keunggulan fisik tersebut tak heran jika emas dalam kurun waktu yang cukup lama pada masa primitif maupun di masa modern telah dijadikan sebagai mata uang yang paling tangguh baik sebagai alat tukar  maupun sebagai penyimpan kekayaan.
2.        Dinar Sebagai Mata Uang yang Stabil       
Sejak mata uang tidak distandarkan dengan emas krisis mata uang mulai terjadi diberbagai negara. Tingkat inflasi semakin meningkat tajam setelah krisis global melada berbagai negara di dunia. Angka inflasi yang tinggi ini terjadi akibat uang yang beredar tidak lagi distandarkan dengan emas sehingga nilai dari suatu barang semakin tidak menentu.
Berbeda halnya saat uang yang beredar distandarkan dengan emas dan perak, angka inflasi yang ditimbulkan sangat kecil bahkan dapat dikatakan tidak terpengaruh oleh inflasi. Hal ini disebabkan emas dan perak memiliki nilai intrinsik yang sama dengan nilai nominalnya dalam khasanah Islam mata uang ini disebut sebagai dinar dan dirham.
Beberapa bukti sejarah yang sangat bisa diandalkan karena diungkapkan dalam Al-Qur’an dan hadits dapat kita pakai untuk menguatkan teori bahwa harga emas (dinar) dan perak (dirham) yang tetap, sedangkan mata uang lain yang tidak memiliki nilai intrinsik terus mengalami penurunan daya beli (terjadi inflasi). Dalam Al-Qur'an yang agung, Allah berfirman :
y7Ï9ºxŸ2ur óOßg»oY÷Wyèt/ (#qä9uä!$|¡tGuŠÏ9 öNæhuZ÷t/ 4 tA$s% ×@ͬ!$s% öNåk÷]ÏiB öNŸ2 óOçFø[Î6s9 ( (#qä9$s% $uZø[Î7s9 $·Böqtƒ ÷rr& uÙ÷èt/ 5Qöqtƒ 4 (#qä9$s% öNä3š/u ÞOn=ôãr& $yJÎ/ óOçFø[Î6s9 (#þqèWyèö/$$sù Nà2yymr& öNä3Ï%ÍuqÎ/ ÿ¾ÍnÉ»yd n<Î) ÏpoYƒÏyJø9$# öÝàZuŠù=sù !$pkšr& 4x.ør& $YB$yèsÛ Nà6Ï?ù'uŠù=sù 5-ø̍Î/ çm÷YÏiB ô#©Ün=tGuŠø9ur Ÿwur ¨btÏèô±ç öNà6Î/ #´ymr& ÇÊÒÈ
Artinya : 
Dan Demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. (Q.S. Al-Kahf Ayat 19)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa mereka meminta salah satu rekannya untuk membeli makanan di kota dengan uang peraknya. Kalau diasumsikan para pemuda tersebut membawa 2-3 keping uang perak saja, maka bila dikonversikan ke dalam rupiah akan berkisar pada harga seratus ribu rupiah. Bila memperhatikan harga kambing yang sedang adalah satu dinar, yang kecil setengah dinar dan yang besar dua dinar pada zaman Rasulullah SAW maka sekarangpun dengan setengah sampai dua dinar. Berikut tabel data harga barang dan jasa dalam dinar dan dirham :
Tabel 4.1
Informasi Harga Barang dan Jasa dalam Dinar dan Dirham

Tempat


Barang/Jasa

Nilai

Konversi (Rp/ Maret 09)
Madinah
Kambing
Ayam
Upah Guru
0.5-1 dinar
1 dirham
4 dinar/bulan
Rp 0.75 juta - Rp 1.5 juta
Rp 30.000
Rp 6 juta
Kairo
Kacang Polong
Tepung Terigu
Roti
Daging Sapi
0.45 dirham/liter
0.6 dirham/liter
0.5 dirham/0.5 kg
4/5-2 dirham/0.5 kg
Rp 12.500
Rp 17.500
Rp 15.000
Rp 22.500-Rp 56.000
Damaskus
Teknisi
Pegawai menengah
Guru, Imam, Khatib
Kuli
3 dirham/hari
2 dirham/hari
5 dirham/hari
1 dirham/hari
Rp 90.000
Rp 60.000
Rp 150.000
Rp 30.000
                                               sumber: www.wakalanusantara.com

E.       PENUTUP
Adapun simpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya adalah sebagai berikut :
1.      Mata uang dinar dan dirham memiliki banyak keunggulan dibanding mata uang kertas. Beberapa keunggulan mata uang dinar dan dirham antara lain:
a)      Dinar dan dirham merupakan mata uang yang stabil.
b)     Angka inflasi yang ditimbulkan relatif kecil.
c)      Bahan bakunya bersifat langka, tahan lama, beenilai tinggi dan universal.
2.      Penerapan mata uang berbasis emas dan perak merupakan salah satu solusi konkret dalam mengatasi krisis ekonomi global, hal ini dikarenakan mata uang dinar dan dirham memilki nilai intrinsik yang sama dengan nilai nomilnal.



3.      Pada masa mendatang dinar dan dirham dapat menjadi alternatif utama dalam penggunaannya sebagai alat tukar diberbagai aspek moneter, meskipun hal itu tidak mudah dilakukan. Perlu tahapan-tahapan yang sistematis, efektif dan efisien dalam melakukan perubahan mata uang kertas menjadi mata uang dinar dan dirham.           
Adapun saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan karya tulis ini adalah mengubah mata uang yang disandarkan pada mata uang kertas menjadi mata uang yang disandarkan pada emas dan perak merupakan solusi yang sangat baik, akan tetapi solusi tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap kemajuan ekonomi suatu Negara dengan sistem ekonomi sesuai dengan syariat Islam, dan menerapkan seluruh aturan Islam dalam sebuah institusi negara sehingga segala masalah yang ada, benar-benar akan dikembalikan kepada Islam.

F.       DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Irfani Fitri, 2003, “Dinar dan Dirham Sebagai Mata Uang Tunggal Blok Perdagangan Negara-negara Islam: Suatu Analisis Kritis” Jurnal Ekonomi Syariah Muamalah  vol. 2, No.2, Oktober 2003 hal 96-9.
Ishak, Muhammad, 2009, Dinar dan Dirham VS Mata Uang Kertas, Emas dan Perak, Mata Uang Hakiki http://hizbut-tahrir.or. [5 mei 2009]
Iqbal, Muhaimin, 2008, Metode Islam dalam Perencanaan Keuangan http://www.nurdinar.com. [5 Mei 2009]
Iqbal, Muhaimin, 2008, “Dinar Solution: Dinar sebagai Solusi” Jakarta: Gema Insani Press.
Iqbal, Muhaimin, 2009, Penggunaan Dinar Saat Ini dan Masa Mendatang” http://geraidinarsby.blogspot.com. [9 Mei 2009]
Karim, Adiwarman A, 2007, “Ekonomi Makro Islami” Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Kameel, Ahamed, 2004, “Theft of Nations Returning to Gold” Jakarta: Pelanduk Publications.
Nasution, M. E.2006, “Pengenalan Eksekutif Ilmu Ekonomi Islam” Jakarta: Kencana Prenada Group.
Ruslan, Heri, 2008, Dinar dan Dirham Mata Uang di Era Kejayaan Islam http://kaunee.com. [5 Mei 2009]
Saidi, Zaim, 2009, Stabilitas Harga dalam Dinar dan Dirham http://wakalanusantara.com. [13 Mei 2009]
Weatherford, Jack, 2005, “Sejarah Uang” Jakarta: Bentang Pustaka.




[1]  Alumnus IAIN “SMH” Banten Faculty Syari’ah end Islamic Economic, institute religion Islam Country "Sultan Maulana Hasanuddin" Banten, Serang City, Banten Province, Indonesia. yang paling kreatif, dinamis, pantang menyerah, pandai berjuang, tidak pernah ketinggalan informasi, rajin membaca berita tulisan koran, dan bahkan beliau paling disenangi oleh seluruh tenaga pengajarnya baik ketika masih SD, MTs, MA, bahkan dosen perguruan tingginya-pun senang dengan penulis yang satu ini. harryspratamateguh@yahoo.co.id
[2]  Alumnus IAIN “SMH” Banten Faculty Syari’ah end Islamic Economic, institute religion Islam Country "Sultan Maulana Hasanuddin" Banten, Serang City, Banten Province, Indonesia. yang paling kreatif, dinamis, pantang menyerah, pandai berjuang, tidak pernah ketinggalan informasi, rajin membaca berita tulisan koran, dan bahkan beliau paling disenangi oleh seluruh tenaga pengajarnya baik ketika masih SD, MTs, MA, bahkan dosen perguruan tingginya-pun senang dengan penulis yang satu ini. harryspratamateguh@yahoo.co.id
[3] Orang Quraisy biasa mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. Ini adalah suatu nikmat yang amat besar dari Tuhan mereka. oleh Karena itu sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang Telah memberikan nikmat itu kepada mereka. 

Tidak ada komentar: