PENGGUNAAN MATA UANG DINAR DAN DIRHAM
SEBAGAI SOLUSI ATAS KRISIS EKONOMI GLOBAL
ABSTRAK
Salah satu
sumber utama krisis moneter yang dialami oleh Indonesia adalah penggunaan mata
uang kertas yang tidak ditopang oleh emas. Selama memakai mata
uang kertas, maka nilai mata uang Indonesia dan negara-negara Islam lainnya
dapat dengan mudah dimainkan oleh para spekulan valas. Dinar yang terbuat dari
emas dan dirham dari perak adalah solusi dari masalah ketidakstabilan mata uang
kertas yang bisa mengakibatkan krisis ekonomi dan kemelaratan.
Dinar dan
dirham adalah salah satu alternatif mata uang yang tahan inflasi, tidak seperti
mata uang kertas lainnya seperti rupiah. Dinar dapat digunakan sebagai alat
tukar untuk melakukan transaksi bisnis, sebagai tabungan/investasi, pembayaran
zakat, dan dapat digunakan sebagai mahar/mas kawin pada pernikahan. Pada
awalnya, dinar merupakan mata uang Romawi sedangkan dirham merupakan mata uang
Persia. Penggunaan dinar dan dirham diadaptasi oleh kaum muslim di zaman
Rasulullah SAW. Kemudian, nilai dinar dan dirham ditetapkan oleh Khalifah Umar
bin Khattab sehingga menjadi standar sampai saat ini.
Di era globalisasi,
kembali ke dinar dan dirham tidaklah semudah membalik telapak tangan. Meskipun
demikian bila pemerintah dan masyarakat memiliki niat yang lurus untuk mencari
solusi dari problematika umat zaman ini dengan meneladani Uswatun Hasanah
Rasulullah SAW, kemudian beristiqomah dijalan-Nya, insya Allah umat Islam akan
kembali berjaya seperti yang pernah ditunjukkan selama empat belas abad
lamanya, mulai dari zaman Rasulullah SAW sampai kejatuhan kekhilafahan
Utsmaniah di Turki pada tahun 1924. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui
sebelum dinar dan dirham menjadi mata uang yang diakui oleh dunia
Internasional. Mekipun masih banyak pertanyaan yang meragukan tentang
kefektifan penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar, tetapi Islam sebagai
agama yang sempurna akan selalu siap menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan di
akhir zaman.
Kata Kunci: krisis Ekonomi, dan kemelaratan.
USE
OF CURRENCIES DINAR AND DIRHAM
AS A
SOLUTION TO THE GLOBAL ECONOMIC CRISIS
ABSTRACT
Name: Harrys Pratama Teguh, S.HI NIP/NIK/NIDN :
(11030049)
One of the main sources of the financial crisis
faced by Indonesia is the use of paper currency that is not supported by gold.
During use of paper currency, then the value of the Indonesian currency and
other Islamic countries can be easily played by foreign speculators. Made of
gold dinar and silver dirham is the solution of the problem of paper currency
instability that could lead to the economic crisis and destitution.
Dinar and dirham is one alternative currency
inflation resistant, unlike other paper currencies such as dollars. Dinar can
be used as a medium of exchange to transact business, as a savings /
investment, payment of zakat, and can be used as a dowry / dowry in marriage.
At first, the dinar was the Roman currency dirham is the currency while the
Persians. The use of the dinar and dirham adapted by the Muslims in the time of
Prophet Muhammad. Then, the value of the dinar and dirham set by Caliph Umar
bin Khattab to be the standard to this day.
In the era of globalization, back to the dinar and dirham
is not as easy as turning the palm of the hand. However, if the government and
the people have straight intention to seek a solution of the problems of the
people of this age to emulate Uswatun Hasanah Prophet, then beristiqomah street
His, God willing, Islam will return victorious as ever demonstrated for
fourteen centuries, ranging from the time of the Prophet Muhammad until the
fall of the Caliphate Utsmaniah in Turkey in 1924. There are stages that must
be passed before the dinars and dirhams a currency that is recognized by the
international community. Mekipun still many questions that doubts about the
effectiveness of the use of the dinar and dirham as a medium of exchange, but
Islam as a perfect religion will always be ready to answer questions at the end
of time.
Keywords:
Economic crisis, and squalor.
A.
PENDAHULUAN
Dalam menyelesaikan setiap masalah Islam memiliki metode kehidupan yang
khas untuk dapat diselesaikan termasuk masalah ekonomi yang akhir-akhir ini
marak dibicarakan, dunia sedang mengalami keguncangan ekonomi dengan berbagai
krisis melanda hampir di semua negara di dunia mulai dari negara kecil hingga
negara adidaya, Amerika Serikat, pun terkena imbas akibat dari krisis ekonomi
pun tak main-main.
Angka pengangguran, kemiskinan, gizi buruk, atau
tunawisma pun meningkat tajam yang disertai dengan sikap para pemimpin dunia
dari negara-negara maju mulai berkumpul untuk menyelesaikan persoalan ini,
tetapi hasil yang diperoleh belum maksimal. Dalam pertemuan itu muncul pendapat
bahwa penyebab krisis ekonomi yang terjadi salah satunya akibat diterapkannya
sitem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi yang berasaskan kebebasan kepemilikan (freedom of
owner) telah menyebabkan kesenjangan sosial antara pemilik modal (capital) dengan pekerja.
Gambar 1.1
Mata uang dinar dan dirham
Setiap penyakit pasti ada obatnya, setiap masalah pasti ada solusinya dan
Islam solusi dari setiap masalah yang ada, salah satu kesalahan fatal ekonomi
kapitalis adalah pemakaian mata uang kertas sebagai alat tukar menukar (barter) tanpa menyandarkan pada emas, akibatnya
terjadilah angka inflasi yang cukup besar di berbagai negara. Atas masalah ini
Islam telah memiliki sebuah solusi yaitu digunakannya emas dan perak sebagai
alat tukar yang biasa dikenal dengan dinar dan dirham.
Berbagai ayat di Al-Qur’an dan hadist telah menjelaskan bahwa dinar dan
dirham dapat digunakan sebagai standar alat tukar suatu Negara, dilihat dari
perspektif historis mata uang Dinar dan Dirham telah membuktikan bahwa emas dan
perak merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal dunia dengan
berbagai metode yang diterapkan sebagai mata uang Islam bukan tanpa alasan.
Selain disandarkan pada hukum yang tertulis dalam Al-Qur'an, Islam juga
mengatur beberapa peraturan hukumnya dengan kedua mata uang ini, misalnya
mengenai zakat. Islam bahkan juga mengatur hukum tukar-menukar uang. Oleh
karena itu sudah saatnya kita kembali kepada dinar dan dirham sebagai alat
tukar.
Islam tidak hanya mengenal mata uang dinar emas dan dirham perak, dirham
merupakan mata uang yang digunakan sejak awal Islam hingga berakhirnya
Kekhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924. Penggunaan dirham sama seperti dinar,
tapi memiliki nilai berbeda. Dirham digunakan sebagai alat transaksi perdagangan
dan juga membayar zakat dan denda (diyat).
Menurut Muhaimin Iqbal dalam artikelnya, paling tidak fungsi dinar emas ada 3 yaitu
:
1.
Sebagi dua dari tiga fungsi uang yaitu sebagai proteksi
nilai (store of value) dan timbangan
muamalah yang adil (unit of account).
2.
Sebagai alat tukar (medium
of exchange). dan
3.
Sebagai alat investasi.
Dari ketiga fungsi tersebut paling tidak pembaca mengetahui apa
sebenarnya motivasi atau niat awal masyarat untuk memiliki dinar ? Mungkin
kebanyakan dari para pemegang dinar lebih memiliki dinar untuk fungsi ketiga
yaitu alat investasi, dinar menjadi salah satu alat investasi yang patut
diperhitungkan mengingat nilainya yang terus terapresiasi terhadap dollar dalam
kurun waktu 40 tahun terakhir.
Bisa saja pembaca menggunakan perpaduan dari keseluruhan instrumen
investasi tersebut jika memang memiliki kelebihan dana, namun jika
diperbandingkan maka investasi dalam dinar merupakan yang paling menguntungkan
dan mendapat nilai tambah secara Syari’ah.
Misalnya perbandingan antara asuransi, deposito, dan dinar seperti
analisis yang dilakukan oleh M. Iqbal dalam Gerai Dinar. Taruhlah kita
investasikan Rp 500.000 per-bulan, untuk masing-masing instrumen investasi
tersebut selama 20 tahun. maka analisisnya sebagai berikut :
1)
Asuransi (unit-link)
Dengan hasil investasi 12% per tahun, maka setelah 20 tahun kita menaruh
uang di asuransi tersebut, uang kita menjadi Rp 162 juta. Pada asuransi ini,
uang kita ada yang “disedot” untuk biaya akuisisi, atau biaya administrasi yang
lumayan besar dari premi yang kita bayarkan setiap bulannya. Namun,
kelebihannya ada nilai proteksi yang diberikan dari asuransi ini.
2) Deposito
Dengan hasil investasi 8% per tahun, maka setelah 20 tahun, uang kita
akan menjadi Rp 224 juta. Lebih besar dari asuransi, karena di deposito tidak
ada biaya akuisisi seperti di asuransi. Namun, deposito tidak memiliki nilai
proteksi.
3) Dinar
Dengan rata-rata
apresiasi nilai emas per tahun dari statistik 40 tahun Kitco, yaitu 31% per
tahun. Maka setelah 20 tahun, uang kita menjadi Rp 4,1 Milyar. Sangat jauh
berbeda dengan dua instrumen sebelumnya.
Maka dengan ini sesuai latar belakang diatas ada beberapa permasalahan
yang dinilai dapat dijadikan perumusan masalah guna menyelesaikan persoalan
krisis ekonomi global yaitu sebagai
berikut : 1).
Apakah keutamaan penggunaan dinar
dan dirham sebagai alat tukar ? 2). Mengapa penggunaan
dinar dan dirham dapat mengatasi krisis uang ? 3). Bagaimana penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar di era globalisasi ?
Dengan tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1).
Mengetahui keutamaan penggunaan
dinar dan dirham sebagai alat tukar. 2).
Mengetahui penggunaan dinar dan
dirham dapat mengatasi krisis uang. 3).
Mengetahui penggunaan dinar dan
dirham sebagai alat tukar di era globalisasi.
B. TELAAH PUSTAKA
1. Dinar dan Dirham
Dinar adalah
mata uang berupa koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan
berat 4,25 gram, sedangkan
Dirham adalah mata uang yang terbuat dari perak murni dengan berat 2,975 gram. Kedua
uang tersebu adalah mata uang yang
dipakai pada zaman Rasulullah SAW disamping sebagai alat tukar, Rasulullah SAW dan para sahabat menggunakan
dinar dan dirham sebagai standar ukuran hukum-hukum syar’i seperti kadar zakat
dan ukuran pencurian.
Pada masa
kenabian uang dinar dan dirham digunakan sebagai alat transaksi perdagangan
oleh masyarakat arab termasuk salah satunya masyarakat Quraish yang memiliki tradisi melakukan perjalanan dagang dua
kali dalam setahun yaitu pada musim panas ke negeri Syam dan pada musim dingin ke
negeri Yaman (Hasan, 2005). Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran :
É#»n=\} C·÷tè%
ÇÊÈ öNÎgÏÿ»s9¾Î) s's#ômÍ
Ïä!$tGÏe±9$# É#ø¢Á9$#ur ÇËÈ (#rßç6÷èuù=sù ¡>u
#x»yd ÏMøt7ø9$# ÇÌÈ
Artinya :
Karena kebiasaan orang-orang
Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.[3] Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan
Pemilik rumah Ini (Ka'bah). (QS. Al-Quraisy Ayat 1-4)
Dalam
Al-Qur’an secara eksplisit disebutkan emas (dinar) dan perak (dirham) sebagai
mata uang, harta maupun lambang
kekayaan yang dimiliki sebagaimana
disebutkan dalam Q.S.
At-Taubah ayat 34 yang menjelaskan orang yang menimbun emas dan perak, baik
dalam bentuk mata uang maupun dalam bentuk kekayaan biasa dan mereka tidak mau
mengeluarkan zakatnya akan diancam dengan azab yang pedih :
*
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$#
(#þqãZtB#uä ¨bÎ) #ZÏW2
ÆÏiB
Í$t6ômF{$# Èb$t7÷d9$#ur tbqè=ä.ù'us9
tAºuqøBr&
Ĩ$¨Y9$# È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ crÝÁtur `tã È@Î6y «!$# 3 úïÏ%©!$#ur crãÉ\õ3t |=yd©%!$#
spÒÏÿø9$#ur wur
$pktXqà)ÏÿZã
Îû È@Î6y «!$# Nèd÷Åe³t7sù
A>#xyèÎ/
5OÏ9r& ÇÌÍÈ
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman,
Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib
Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. (QS. At-Taubah Ayat 34)
Dinar dan dirham dibedakan menurut beratnya. Mata uang dinar mengandung emas 22 karat dan terdiri dari pecahan setengah dinar dan sepertiga dinar. Pecahan yang lebih kecil dapat diperoleh
dengan memotong uang seperti yang
dilakukan oleh Iman Ali ra ketika membeli daging dengan memotong 2 karat dari
dinar (HR. Abu Daud). Dirham terdiri
dari beberapa pecahan nash (20 dirham), nawat (5 dirham), dan sha’ira (1/60 dirham).
Tabel 2.1
Standar timbangan uang dinar
1 Dinar
|
=
1 Mitsqal
=
22 Qirath
|
1 Dirham
|
= 14/20 mitsqal = 7/10 Mitsqal
= 7/10 X 4,25 gram = 2,975 gram perak
|
1 Mitsqal
|
= 72 butir gandum ukuran
sedang yang dipotong kedua ujungnya
|
1 Mitsqal
|
= 6000 biji khardal
barriy (sawi)
|
1 Mitsqal
|
= 4,25 gram
|
Ulama besar
Imam Ghazali (1058-1111 M) dalam bukunya yang legendaris Ihya Ulumuddin mengungkapkan
bahwa Allah menciptakan emas
dan perak agar keduanya
menjadi “hakim” yang adil dalam memberikan nilai harga,
dengan emas dan perak manusia bisa memperoleh barang-barang yang dibutuhkan.
Menurut Imam
Ghazali dengan emas dan perak dalam bukunya tersebut adalah dinar yaitu uang yang dibuat dari emas 22
karat dengan berat 4,25 gram,
dan dirham yaitu uang yang
dibuat dari perak murni seberat 2,975 gram. Standar berat mata uang dinar dan dirham ini ditentukan oleh
Khalifah Umar Bin Khattab sekitar 400 tahun sebelum Imam Ghazali menulis buku
tersebut.
2. Sejarah Emas dan Perak sebagai Mata Uang
Sejarah telah membuktikan
bahwa emas dan perak merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal
dunia, zaman peradaban Islam di era keemasan selama berabad-abad
menjelma menjadi salah satu kekuatan perekonomian dunia. Tak heran jika pada masa
itu kekhalifahan Islam sudah memiliki mata uang sendiri bernama dirham (koin
perak) dan dinar (koin emas) dengan menggunakan kedua mata uang tersebut perekonomian di dunia Islam tumbuh dengan begitu
pesat.
Sejarah penggunaan perak dan
emas sebagai alat pertukaran, para peneliti sejarah dirham menemukan fakta
bahwa perak sebagai alat tukar sudah digunakan pada zaman Nabi Yusuf AS. Hal
ini diungkapkan dalam Alquran :
çn÷ru°ur ¤ÆyJsVÎ/ <§ør2 zNÏdºuy
;oyrß÷ètB (#qçR%2ur ÏmÏù
z`ÏB úïÏÏdº¨9$# ÇËÉÈ
Artinya :
Dan mereka menjual Yusuf dengan
harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik
hatinya kepada Yusuf. (QS. Yusuf Ayat 20)
Sejarah mencatat masyarakat
muslim sendiri mengadopsi penggunaan dinar dan dirham dari peradaban Persia
yang saat itu dipimpin oleh Raja Sasan bernama Yezdigird III, Bangsa Persia menyebut mata uang koin
perak itu dengan sebutan drachm.
Umat Islam mulai memiliki
dinar dan dirham sebagai alat transaksi dimulai pada era kepemimpinan Khalifah
Umar bin Khattab ra. Meski Rasululah SAW sudah memprediksikan bahwa manusia
akan terlena dan tergila-gila dengan uang. Dalam salah satu hadits Abu Bakar
ibnu Abi Maryam meriwayatkan bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda
yang :
Artinya :
“Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak
ada apapun yang berguna selain dinar dan dirham.” (Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal)
Pertama kali umat Islam
menggunakan dirham pada tahun 642 M atau satu dasawarsa setelah Rasulullah SAW
wafat, Khalifah Umar bin
Khattab memutuskan untuk menggantikan drachma dengan dirham sedangkan koin
dirham pertama kali dicetak umat Islam dicetak pada tahun 651 M pada era
kepemimpinan Utsman bin Affan.
Dirham pada saat itu
mencantumkan tulisan basmalah dalam berbentuk ceper serta tipis dengan diameternya mencapai 29
mm dan beratnya antara 2,9-3,0 gram. Dari sisi berat dirham lebih ringan dari
drachm yang mencapai 4 gram. Sejak itulah tulisan “bismilah” menjadi salah satu ciri khas koin
yang dicetak oleh peradaban Islam.
Selain itu koin dinar dan
dirham yang dicetak umat Islam pada masa keemasan mencantumkan nama penguasa
atau amir atau khalifah, fakta sejarah menunjukan bahwa kebanyakan
kepingan dinar dan dirham yang dicetak pada masa Khulafaur Rasyidin mencantumkan tahun Hijriyah sebagai penanda
waktu koin dinar atau durham itu dicetak.
Pemerintahan muslim di bawah
kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab pun
telah menetapkan standar koin dinar dan dirham. Berdasarkan standar yang telah
ditetapkan, berat tujuh dinar setara dengan sepuluh dirham. Khalifah Umar bin
Khattab pun telah menetapkan standar dinar emas yakni memakai emas dengan kadar
22 karat dengan berat 4,25 gram.
Pada dirham perak yang
digunakan haruslah menggunakan perak murni dengan berat 3,0 gram. Keputusan itu
telah menjadi ijma ulama pada awal Islam dan pada masa para sahabat dan tabi’in
sehingga menurut Syari’ah,
sepuluh dirham setara dengan tujuh dinar emas.
Hasil ijma itu menjadi pegangan,
sehingga nilai perbandingan dinar dan dirham bisa tetap sesuai, namun pada tahun 64 H (684 M), untuk
pertama kalinya nilai dirham berkurang. Hal ini terjadi akibat keputusan ‘Ubaid
Alih ibn Ziyad untuk mencampurkan logam lain pada dirham. Sepuluh tahun
kemudian, di era kepemimpinan Khalifah Abdalmalik, mulai dicetak koin emas
berbobot 4,4 gram dengan mencantumkan tulisan “dinar”.
Tiga tahun kemudian,
kekhalifahan Islam di bawah kepemimpinan Abdalmalik
kembali mencetak cetak lagi dinar yang bobotnya berubah menjadi 4,25 gram,
mengikuti standar yang diterapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Pada tahun 75 H (695 M), Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj untuk
mencetak dirham dan menggunakan standar yang ditetapkan di era Umar bin Khattab.
Koin perak bertulisan “dirham” itu berbobot 2,975 gram dan berdiameter
25-28 mm yang dicetak pada saat itu bertuliskan kalimat tauhid yakni “Allahu ahad, Allahu samad”, sejak saat itu dilakukan penghentian penggunaan gambar wujud manusia dan
binatang dari mata uang peradaban Islam sebagai gantinya digunakan huruf-huruf. Dinar dan dirham lazimnya berbentuk
bundar.
Selain itu tulisan yang
tercetak pada dua sisi koin emas dan perak itu memiliki tata letak yang
melingkar, pada satu sisi
mata koin tercantum kalimat tahlil dan tahmid yaitu “La
ilaha ill’Allah” dan “Alhamdulillah”, sedangkan di sisi mata koin sebelahnya
tertera nama penguasa (amir) dan tanggal pencetakan.
Selain itu terdapat suatu
kelaziman untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah SAW dan ayat-ayat Al-Qur’an dalam koin dinar dan dirham tersebut,
mata uang dinar dan dirham pun
menjadi mata uang resmi dinasti maupun kerajaan Islam yang tersebar di berbagai
penjuru. Penggunaan dinar dan dirham perlahan mulai menghilang setelah jatuhnya
masa kejayaan kekhalifahan Islam. Ketika dunia dilanda era kolonialisme Barat,
mulailah diterapkan penggunaan uang kertas.
3. Ekonomi Kapitalis dan Sejarah Uang Kertas
Kapitalisme merupakan istilah yang dipakai untuk menamai sistem
ekonomi yang mendominasi dunia Barat sejak runtuhnya feodalisme pada abad ke-16,
Milton H. Spencer dalam bukunya Contemporary Macro Economics (1977)
mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah organisasi ekonomi yang dicirikan
oleh kepemilikan individu atas alat-alat produksi dan distribusi serta
pemanfaatan kepemilikan individu itu untuk memperoleh laba dalam
kondisi-kondisi yang sangat kompetitif.
Tidak dapat dipungkiri kapitalisme sebagai sistem
ekonomi kini tengah berjaya di tingkat global terutama setelah momentum
hancurnya sosialisme pada awal tahun 1990. Hampir seluruh negara di dunia
menerapkan kapitalisme dengan berbagai variasinya.
Robert Gilpin dan Jean Millis
Gilpin dalam bukunya The Chalenge of
Global Capitalism (2000) memuji kapitalisme sebagai sistem ekonomi pencipta
kesejahteraan paling berhasil yang pernah dikenal di dunia. Namun para pemuja
fanatik kapitalisme itu lupa untuk menyoal, siapa yang menikmati kesejahteraan.
Penikmat kesejahteraan
sebagian besarnya hanyalah negara-negara penjajah kaya, kapitalisme justru gagal total dalam mendistribusikan pendapatan global.
Pada tahun 1960 20% penduduk dunia terkaya menikmati 75% pendapatan dunia
sedangkan 20% penduduk termiskin hanya menerima 2,3% pendapatan dunia.
Pada tahun 1997 ketimpangan
global itu bukan makin berkurang tetapi semakin parah, sebanyak 20% penduduk terkaya itu menikmati pendapatan global makin banyak
yakni 80%. Sebaliknya 20% penduduk termiskin menerima pendapatan global makin
sedikit yakni menjadi 1% saja (Spilanne, 2003).
Tak hanya gagal dalam
distribusi, kapitalisme saat ini tengah meluncur menuju jurang kehancuran
yang disertai tanda-tanda kerapuhan
kapitalisme makin terlihat,
Harry Shutt dalam bukunya Runtuhnya Kapitalisme (2005), menyebutkan bahwa
kapitalisme kini sedang mengalami gejala-gejala utama kegagalan secara sistemik seperti semakin lesunya pertumbuhan
ekonomi dan semakin seringnya krisis keuangan.
Kesalahan tersebut bagaikan cacat bawaan yang melekat pada kapitalisme sejak kelahirannya, cacat demikian fatalnya sehingga yang diperlukan bukan lagi koreksi berupa
pembaruan atau perbaikan pada lapisan kulitnya saja, namun perombakan total
untuk membentuk sistem yang sama sekali baru (Jerry Mander dkk, 2004).
Salah satu faktor yang paling
mendasar yang mempengaruhi kerapuhan kapitalisme adalah diterapkannya kebijakan
ekonomi berbasis uang kertas (fiat money). Persoalan ekonomi
akibat tidak stabilnya nilai tukar yang bergerak fluktuatif telah berlangsung
sejak sistem moneter yang diterapkan di dunia ini adalah flat currency dimana mata uang kertas yang tidak ditopang emas
dijadikan sebagai alat tukarnya.
Pada era sebelumnya hingga
hancurnya Bretton Woods Agreement peredaran mata uang
masih dikaitkan dengan emas, pada perjanjian tersebut ditetapkan bahwa
mata uang suatu negara harus ditopang oleh cadangan dolar, sementara dollar
sendiri yang diedarkan oleh Amerika Serikat juga ditopang oleh emas, dengan demikian pertumbuhan asupan dollar
akan ditentukan seberapa besar cadangan emas Amerika Serikat.
Namun sistem tersebut dibubarkan
oleh Amerika Serikat, pasalnya
Amerika Serikat terus mencetak dollar untuk meningkatkan belanja fiskalnya
karena harus membiayai perang Vietnam. Defisit anggarannya makin membesar
sementara rasio antara asupan dollar dan cadangan emasnya terus merosot,
serta stok emas Amerika Serikat
merosot dari 20 miliar dollar menjadi hanya 9 miliar dollar Amerika Serikat
kemudian mengalami defisit cadangan emas.
Negara-negara lain khususnya
negara-negara Eropa Barat dan Jepang sebagaimana yang ditetapkan dalam
perjanjian tersebut diwajibkan menjaga cadangan dollarnya dan menggunakannya
sebagai dasar untuk meningkatkan asupan mata uang dan kredit di dalam negeri.
Padahal semakin hari nilai dollar terus merosot (undervalue) sementara nilai mata uang mereka terus menguat (overvalue).
Keadaan ini dinilai
merugikan umat Islam, sebab nilai
ekspor mereka menjadi lebih mahal sehingga pertumbuhan ekonomi merosot akibat beban tersebut negara-negara Eropa
kemudian menukarkan cadangan dollar mereka dengan emas. Amerika Serikat kemudian tidak berdaya mempertahankan
paritas nilai dollar pada emas sebesar 35 dollar per ons emas.
Awal tahun 1971 kewajiban dollar telah mencapai lebih
dari 70 miliar dollar sementara cadangan emasnya hanya 12 miliar dollar (Hammes
and Wills, 2005). Puncaknya pada tanggal 15 Agustus 1971 secara unilateral dan tanpa
berkonsultasi dengan negara-negara aliansi dan IMF, Amerika Serikat
menghentikan berlakunya Bretton Woods Agreement yang telah digagas sejak tahun
1942.
Sejak saat itulah emas tidak
lagi menjadi penopang mata uang dunia. Era tersebut selanjutkan dikenal dengan
era mata uang kertas (flat money)
dimana dollar sebagai panglimanya.
Menurut Syekh Taqiyuddin
an-Nabhany, secara politis langkah yang dilakukan oleh Amerika Serikat untuk
menghentikan pengkaitan dollar dengan emas adalah didorong oleh keinginan
Amerika Serikat untuk memposisikan dollar sebagai standar moneter internasional
hingga menguasai pasar moneter internasional hingga akhirnya dianggap tidak lagi dapat dipergunakan di
dunia.
Standar moneter Bretton Woods
kemudian hancur dan kurs pertukaran mata uang terus berfluktuasi. Dari sinilah
muncul berbagai kesukaran dalam mobilitas barang, uang dan orang (An-Nabhany,
1999) menjadi
tidak stabil mulai dari mMata
uang AS dan seluruh dunia terus bergolak, fluktuasi tingkat nilai
tukar menjadi sulit untuk diprediksi bahkan kadangkala bergerak secara ekstrim.
Belum lagi inflasi terus membumbung akibat percetakan mata uang kian tak
terkendali, suatu keadaan yang sangat meresahkan para pelaku
ekonomi. Inilah diantara konsekuensi yang ditimbulkan oleh mata uang kertas.
C. METODE PENELITIAN
Penulisan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif. Metode
penulisan deskriptif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang
sedang dihadapi pada masa sekarang, dilakukan dengan langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, dan analisa atau pengolahan data, membuat
kesimpulan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang sesuatu keadaan dengan
cara obyektif serta situasi yang mempunyai manfaat terutama dalam rangka
mengadakan berbagai perbaikan.
Sumber
data yang kami peroleh pada tulisan ini adalah hasil observasi lapangan
yang dibuktikan dengan surat tugas penelitian dan dokumen yang tidap lepas
dengan judul penelitian yang dihimpun dari beberapa perpustakaan yang ada di
provinsi banten yang disertai dengan
interview bersama pakar Ekonomi Global. Selain dari pada itu penulis juga
mengambil data dari media internet, namun dalam etika penulisan tetap
mencantumkan footnoot pada setiap
tulisan yang dihimpun dari berbagai buku referensi.
D.
PEMBAHASAN
1.
Krisis
Ekonomi
Menurut Ismail Yusanto (2009) krisis global ini sesungguhnya berpangkal
pada kebatilan dan kerusakan kapitalisme, baik ideologinya yang memisahkan
agama (Islam) dari kehidupan maupun dalam sistem ekonominya. Berikut beberapa
kerusakan digunakannya sistem ekonomi kapitalisme :
1.
Adanya persepsi bahwa masalah ekonomi adalah
kelangkaan barang dan jasa, bukannya distribusi yang adil terhadap kekayaan
itu.
2.
Diterapkannya sistem ekonomi berbasis ribawi.
3.
Penggunaan uang kertas sebagai alat penukar, tidak
menggunakan emas dan perak.
4.
Rusaknya bursa efek dan pasar uang yang berlangsung saat ini.
5.
Batilnya obligasi dan saham dalam berbagai jenisnya.
6.
Tidak adanya batasan yang benar dalam kepemilikan padahal
sebenarnya ada tiga macam kepemilikan yaitu kepemilikan individu, negara, dan
umum.
Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 setidaknya menjadi dasar untuk
memikirkan kembali keberadaan uang fiat yang selama ini digunakan secara luas oleh berbagai negara, sejumlah
pemikiran menyatakan bahwa keberadaan uang kertas merupakan salah satu penyebab
terjadinya krisis ekonomi.
Terjadinya krisis di Amerika dan dibatalkannya perjanjian Bretton Wood
pada tahun 1971 oleh Presiden Nixon merupakan awal tidak disokongnya
dollar oleh emas, serta sejak
saat itu pula tidak satu pun negara di
dunia menyokong mata uangnya dengan emas sehingga mata uang yang berlaku
bersifat fiat atau dekrit dan ini disebut dengan istilah managed money standard.
Sejak berlakunya sistem managed money standard ini, ada dua
fenomena yang terjadi. Pertama, tingkat inflasi yang tinggi dan kedua, nilai
tukar yang tidak stabil. Gugurnya Sistem Bretton Woods pada tahun 1972-1973,
telah membuka peluang perdagangan valuta asing, dan kegiatan tersebut telah
berkembang secara spektakuler. Volume yang diperdagangkan di pasar dunia
meningkat dari 5 miliar USD perhari di tahun 1973 menjadi melebihi 900 miliar
USD ditahun 1992, kebanyakan transaksi bersifat spekulatif dan kurang dari 2%
yang dipergunakan sebagai pembayaran perdagangan.
2.
Kelemahan
Mata Uang Kertas
Kemunculan uang kertas adalah sebagai representasi dari komoditas khususnya emas, hal ini
dilakukan akibat sulitnya melakukan transaksi dengan membawa emas terutama pada
barang-barang yang bernilai tinggi. Orang akan menerima uang representasi
tersebut sebab ada jaminan dari pihak yang mengeluarkan kertas tersebut dalam
hal ini pemerintah bahwa kertas tersebut dapat ditukar emas senilai dengan yang
dinyatakan dalam kertas tersebut.
Pemegangnya dapat menukar uang tersebut kapanpun dan berapapun ia mau.
Namun perlahan-lahan negara justru mengeluarkan uang kertas jauh lebih banyak
dari emas yang mereka miliki. Akibatnya kertas-kertas tersebut tak lagi cukup
untuk dikonversi dengan emas. Akhirnya masyarakat dipaksa untuk menggunakan
kertas tersebut sebagai alat transaksi. Dalam
sejarah moneter dunia dijumpai bahwa penggunaan mata uang kertas yang tidak
ditopang oleh komoditas seperti emas menyebabkan sejumlah masalah yang sangat
serius dalam perekonomian. Diantara masalah tersebut adalah :
1)
Mata Uang Kertas
Menyebabkan Inflasi yang Tinggi
Inflasi
terjadi karena jumlah uang kertas yang beredar tidak sebanding dengan jumlah
emas yang ada. Akibatnya nilai mata uang semakin lama semakin merosot.
Alasannya hingga saat ini Bank Sentral Amerika Serikat terus
meningkatkan pertumbuhan persediaan dollar dengan
membanjirnya uang kertas dan kredit, maka harga barang dan jasa (inflasi) akan
semakin tinggi dan sangat mungkin suatu saat berubah menjadi hyperinflasi.
2)
Legitimasi Mata Uang Kertas
Sangat Rapuh
Mata uang
kertas tidak disandarkan pada suatu komoditas yang bernilai seperti emas dan
perak melainkan uang kertas hanya ditopang oleh
undang-undang suatu negara sehingga ketika negara tidak stabil rakyat akan
beralih pada mata uang atau komoditas yang lebih kuat/stabil.
3)
Sumber Penindasan
Terhadap Rakyat
Murahnya
biaya produksi membuat pemerintah mudah mencetak mata uang kertas atas dipaksakan sebagai alat tukar untuk membeli hasil produksi
rakyat dengan kata lain mata uang kertas
telah menjadi alat pemerasan negara terhadap rakyat, akhirnya rakyat kemudian menjadi korban
dengan inflasi yang tinggi.
4)
Ketidakadilan dalam
Kegiatan Ekonomi
Amerika Serikat
memiliki mata uang dollar yang telah menjadi cadangan
mata uang internasional yang paling dominan, Dollar
memiliki daya beli yang kuat di luar Amerika Serikat sehingga dengan leluasa
mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk terus mencetak dollar (Ahamed Kameel Mydin Meera, 2004).
Akibatnya dengan kemampuan mencetak dollar pemerintah Amerika Serikat dapat
membeli barang-barang dari seluruh dunia.
Salah satu contoh yang paling nyata adalah pembelian minyak
oleh Amerika Serikat sebesar 12 juta barrel per hari untuk menutupi defisit
produksinya. Sebagian besar minyak tersebut dibeli dari Arab Saudi dengan hanya
mencetak dollar baru yang kemudian ditransfer ke rekening pemilik perusahaan
minyak Arab Saudi. Meski Arab Saudi dapat membeli barang lain dengan
lembaran-lembaran dollar tersebut namun pada faktanya tetap saja biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan investasi dan penambangan minyak jauh lebih besar
bila dibandingkan dengan biaya pembuatan dollar.
5)
Mata Uang Kertas Mampu
Mendorong Gelembung Ekonomi
Gelembung
ekonomi yang terjadi dapat mengakibatkan ledakan ekonomi, di pasar-pasar uang terdapat gelembung-gelembung dollar
Amerika Serikat yang berjumlah 80 triliun dollar pertahun. Jumlah ini 20 kali
lipat melebihi nilai perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dollar
pertahun. Artinya gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan
sebanyak 20 kali lipat dari biasanya. Gelembung semakin lama semakin membesar
dan secara pasti gelembung tersebut suatu saat akan meledak
yang menyebabkan keruntuhan ekonomi global yang jauh lebih buruk dari depresi
ekonomi tahun 1929.
6)
Uang Kertas sebagai
Sarana Spekulasi yang Ganas
Uang tidak
lagi difungsikan semata untuk menjadi alat tukar, alat untuk menyimpan dan
menghitung kekayaan riil, namun justru lebih banyak digunakan untuk kegiatan
spekulasi. Para spekulan memanfaatkan pergerakan (fluktuasi) nilai tukar satu
mata uang terhadap mata uang lainnya untuk mencari keuntungan. Adanya peluang
spekulasi di pasar uang plus pasar modal, justu membuat uang yang diperoleh
dari sektor riil mengalir deras ke sektor non riil.
Sekumpulan Dana tersebut tentu akan sangat
berguna bagi jutaan manusia jika diinvestasikan pada sektor riil yang produktif
seperti pembangunan infrastruktur, bantuan kemanusiaan kepada orang-orang
miskin yang jumlah jutaan di negeri-negeri Islam.
3.
Dinar dan Dirham Mengatasi Krisis Ekonomi
Global
1.
Keunggulan Mata Uang Emas dan Perak
Sepanjang sejarah manusia berbagai macam alat tukar telah digunakan, mulai
dari yang paling sederhana seperti bahan makanan, kulit binatang, tembakau,
logam kertas hingga manusia. Dari sekian banyak bentuk uang tersebut, emaslah
yang paling banyak diminati. Hal ini karena dari sisi fisik emas memiliki
keunggulan dari jenis mata lainnya, antara lain :
a)
Tahan Lama
Emas tidak
dapat beroksidasi dengan mudah sehingga ia anti karat tetap stabil dan tahan dalam jangka waktu yang sangat panjang meski emas tenggelam ke dalam lautan bergaram, namun ia tetap
dalam bentuk aslinya dan tidak mengalami perubahan (Ahamed Kameel Mydin Meera, 2004).
b)
Fleksibel
Emas
merupakan logam yang dapat dibagi-bagi (diversibility)
dalam ukuran kecil dan dapat dilebur kembali seperti semula dengan sifat tersebut ia dapat menjadi alat tukar yang dapat
diubah menjadi sesuatu yang berguna kapan saja dengan tetap menjaga nilainya.
Ia bisa menjadi perhiasan atau perkakas pada suatu hari dan dijadikan uang hari
berikutnya (Glyn Davies, 2006).
c)
Bernilai Tinggi (Luxury Good)
Komoditas
tersebut memiliki nilai unit yang tinggi meski ukurannya kecil, oleh karena itu seseorang hanya
membutuhkan sedikit emas untuk melakukan transaksi barang dan jasa dalam ukuran
besar.
d)
Universal
Emas termasuk
komoditas yang dapat diterima secara luas (universally)
oleh masyarakat dunia sebagai benda bernilai tinggi dan dijadikan sebagai alat tukar, bandingkan misalnya dengan dollar meski telah menjadi mata
uang internasional, namun tetap saja ia kalah pamor dengan emas. Tidak semua
orang di dunia ini mau menerima dolar sebagai alat transaksi apalagi ketika
perekonomian Amerika Serikat mengalami ketidakstabilan.
e)
Langka
Emas tidak
dapat diperoleh dengan mudah, hal ini
berbeda dengan uang kertas yang dengan mudah dapat diciptakan melalui mesin
cetak, apalagi dengan kecanggihan
teknologi percetakan yang terus berkembang membuat uang kertas begitu mudah
untuk ditiru (Ahamed Kameel, 2004).
Dengan
keunggulan fisik tersebut tak heran jika emas dalam kurun waktu yang cukup lama
pada masa primitif maupun di masa
modern telah dijadikan sebagai mata uang yang paling tangguh baik sebagai alat
tukar maupun sebagai penyimpan kekayaan.
2.
Dinar Sebagai Mata Uang yang Stabil
Sejak mata uang tidak distandarkan dengan emas krisis mata uang mulai
terjadi diberbagai negara. Tingkat inflasi semakin meningkat tajam setelah krisis global melada berbagai negara di dunia.
Angka inflasi yang tinggi ini terjadi akibat uang yang beredar tidak lagi distandarkan
dengan emas sehingga nilai dari suatu barang semakin tidak menentu.
Berbeda halnya saat uang yang beredar distandarkan dengan emas dan perak, angka inflasi yang ditimbulkan
sangat kecil bahkan dapat dikatakan tidak terpengaruh oleh inflasi. Hal ini
disebabkan emas dan perak memiliki nilai intrinsik yang sama dengan nilai
nominalnya dalam khasanah Islam mata uang ini disebut sebagai dinar dan dirham.
Beberapa bukti sejarah yang sangat bisa diandalkan karena diungkapkan
dalam Al-Qur’an dan hadits dapat kita pakai untuk menguatkan teori bahwa harga
emas (dinar) dan perak (dirham) yang tetap, sedangkan mata uang lain yang tidak
memiliki nilai intrinsik terus mengalami penurunan daya beli (terjadi inflasi).
Dalam Al-Qur'an yang agung, Allah berfirman :
y7Ï9ºx2ur óOßg»oY÷Wyèt/ (#qä9uä!$|¡tGuÏ9 öNæhuZ÷t/ 4 tA$s% ×@ͬ!$s% öNåk÷]ÏiB öN2 óOçFø[Î6s9 ( (#qä9$s% $uZø[Î7s9 $·Böqt ÷rr& uÙ÷èt/ 5Qöqt 4 (#qä9$s% öNä3/u ÞOn=ôãr& $yJÎ/ óOçFø[Î6s9 (#þqèWyèö/$$sù Nà2yymr& öNä3Ï%ÍuqÎ/ ÿ¾ÍnÉ»yd n<Î) ÏpoYÏyJø9$# öÝàZuù=sù !$pkr& 4x.ør& $YB$yèsÛ Nà6Ï?ù'uù=sù 5-øÌÎ/ çm÷YÏiB ô#©Ün=tGuø9ur wur ¨btÏèô±ç öNà6Î/ #´ymr& ÇÊÒÈ
Artinya
:
Dan
Demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka
sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu
berada (disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau
setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih
mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di
antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah
dia lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan
itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorangpun. (Q.S. Al-Kahf Ayat 19)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa mereka meminta salah satu rekannya untuk membeli
makanan di kota dengan uang peraknya. Kalau diasumsikan para pemuda tersebut
membawa 2-3 keping uang perak saja, maka bila dikonversikan ke dalam rupiah
akan berkisar pada harga seratus ribu rupiah. Bila memperhatikan harga kambing yang sedang adalah satu dinar, yang kecil
setengah dinar dan yang besar dua dinar pada zaman Rasulullah SAW maka
sekarangpun dengan setengah sampai dua dinar. Berikut tabel data harga barang
dan jasa dalam dinar dan dirham :
Tabel 4.1
Informasi Harga Barang dan Jasa dalam Dinar dan Dirham
Tempat
|
Barang/Jasa
|
Nilai
|
Konversi (Rp/ Maret
09)
|
Madinah
|
Kambing
Ayam
Upah Guru
|
0.5-1 dinar
1 dirham
4 dinar/bulan
|
Rp 0.75 juta - Rp 1.5 juta
Rp 30.000
Rp 6 juta
|
Kairo
|
Kacang Polong
Tepung Terigu
Roti
Daging Sapi
|
0.45 dirham/liter
0.6 dirham/liter
0.5 dirham/0.5 kg
4/5-2 dirham/0.5 kg
|
Rp 12.500
Rp 17.500
Rp 15.000
Rp 22.500-Rp 56.000
|
Damaskus
|
Teknisi
Pegawai menengah
Guru, Imam, Khatib
Kuli
|
3 dirham/hari
2 dirham/hari
5 dirham/hari
1 dirham/hari
|
Rp 90.000
Rp 60.000
Rp 150.000
Rp 30.000
|
sumber: www.wakalanusantara.com
E. PENUTUP
Adapun simpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya adalah sebagai
berikut :
1.
Mata
uang dinar dan dirham memiliki banyak keunggulan dibanding mata uang kertas.
Beberapa keunggulan mata uang dinar dan dirham antara lain:
a)
Dinar
dan dirham merupakan mata uang yang stabil.
b)
Angka
inflasi yang ditimbulkan relatif kecil.
c)
Bahan
bakunya bersifat langka, tahan lama, beenilai tinggi dan universal.
2.
Penerapan
mata uang berbasis emas dan perak merupakan salah satu solusi konkret dalam mengatasi
krisis ekonomi global, hal ini dikarenakan mata uang dinar dan
dirham memilki nilai intrinsik yang sama dengan nilai nomilnal.
3.
Pada masa mendatang dinar dan dirham dapat menjadi alternatif utama dalam
penggunaannya sebagai alat tukar diberbagai aspek moneter, meskipun hal itu
tidak mudah dilakukan. Perlu tahapan-tahapan yang sistematis, efektif dan efisien dalam
melakukan perubahan mata uang kertas menjadi mata uang dinar dan dirham.
Adapun saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan karya tulis ini
adalah mengubah mata uang yang disandarkan pada mata uang kertas menjadi mata
uang yang disandarkan pada emas dan perak merupakan solusi yang sangat baik, akan
tetapi solusi tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap kemajuan
ekonomi suatu Negara dengan sistem ekonomi sesuai dengan syariat Islam, dan menerapkan
seluruh aturan Islam dalam sebuah institusi negara sehingga segala masalah yang
ada, benar-benar akan dikembalikan kepada Islam.
F. DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Irfani Fitri, 2003, “Dinar dan Dirham Sebagai Mata
Uang Tunggal Blok Perdagangan Negara-negara Islam: Suatu Analisis Kritis”
Jurnal Ekonomi Syariah Muamalah vol. 2,
No.2, Oktober 2003 hal 96-9.
Ishak,
Muhammad, 2009, “Dinar dan Dirham VS Mata Uang Kertas, Emas
dan Perak, Mata Uang Hakiki” http://hizbut-tahrir.or.
[5 mei 2009]
Iqbal,
Muhaimin, 2008, “Metode Islam dalam Perencanaan Keuangan” http://www.nurdinar.com. [5 Mei 2009]
Iqbal, Muhaimin, 2008, “Dinar Solution: Dinar sebagai
Solusi” Jakarta: Gema Insani Press.
Iqbal,
Muhaimin, 2009, “Penggunaan Dinar Saat Ini dan Masa Mendatang” http://geraidinarsby.blogspot.com.
[9 Mei 2009]
Karim, Adiwarman A, 2007, “Ekonomi Makro Islami”
Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Kameel, Ahamed, 2004, “Theft of Nations Returning to
Gold” Jakarta: Pelanduk Publications.
Nasution, M. E.2006, “Pengenalan Eksekutif Ilmu Ekonomi Islam” Jakarta: Kencana Prenada Group.
Ruslan, Heri, 2008, “Dinar dan Dirham Mata Uang di Era Kejayaan
Islam” http://kaunee.com. [5 Mei 2009]
Saidi, Zaim, 2009, “Stabilitas Harga dalam Dinar dan Dirham” http://wakalanusantara.com. [13
Mei 2009]
Weatherford, Jack, 2005, “Sejarah Uang” Jakarta: Bentang Pustaka.
[1] Alumnus IAIN
“SMH” Banten Faculty Syari’ah end Islamic Economic, institute religion Islam
Country "Sultan Maulana Hasanuddin" Banten, Serang City, Banten
Province, Indonesia. yang paling kreatif, dinamis, pantang menyerah, pandai berjuang, tidak
pernah ketinggalan informasi, rajin membaca berita tulisan koran, dan bahkan
beliau paling disenangi oleh seluruh tenaga pengajarnya baik ketika masih SD,
MTs, MA, bahkan dosen perguruan tingginya-pun senang dengan penulis yang satu
ini. harryspratamateguh@yahoo.co.id
[2] Alumnus IAIN
“SMH” Banten Faculty Syari’ah end Islamic Economic, institute religion Islam
Country "Sultan Maulana Hasanuddin" Banten, Serang City, Banten Province,
Indonesia. yang
paling kreatif, dinamis, pantang menyerah, pandai berjuang, tidak pernah
ketinggalan informasi, rajin membaca berita tulisan koran, dan bahkan beliau
paling disenangi oleh seluruh tenaga pengajarnya baik ketika masih SD, MTs, MA,
bahkan dosen perguruan tingginya-pun senang dengan penulis yang satu ini. harryspratamateguh@yahoo.co.id
[3] Orang Quraisy biasa mengadakan perjalanan terutama
untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim
dingin. dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari
penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. Ini adalah suatu nikmat
yang amat besar dari Tuhan mereka. oleh Karena itu sewajarnyalah mereka
menyembah Allah yang Telah memberikan nikmat itu kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar